Novel Elena (Part 15) - Baca Gratis Disini

Novel Elena ditulis oleh Ellya Ningsih, Banyak yang berharap penulis novel ini akan menjadi the next  Tere Liye. Novel Elena juga memiliki versi cetak yang lengkap. Anda bisa memesannya di nomor WA: 0821 1707 9404

Novel Elena ini ditulis dengan bahasa yang ringan namun bisa mengobrak abrik emosi pembaca. Tak salah jika novel ini menjadi viral media sosial dan selalu ditunggu-tunggu kelanjutan alur cerita oleh pembaca. Ok sekarang silahkan baca Novel Elena Part 15

Bookmark link ini "https://linktr.ee/novel.elena" untuk baca nanti

Baca Novel Elena Part 15 Di Sini Sekarang

"Ibnu! Kau salah pilih istri! Dia sama sekali tidak shalihah seperti Safitri! Ceraikan! atau Mami tidak sudi bertemu lagi dengan kalian!" seru Mami masih berapi-api.

"Sabar, Mi. Istighfar. Duduk dulu," Ibnu berusaha untuk tidak terbawa emosi. Ia menuntun Mami yang tersengal-sengal napasnya.

Novel Elena
Part 15


Abah masuk memberi salam dan menjabat tangan Papi. Ummi Izza menuntun Elena duduk, membawa masuk Al ke dalam dan keluar lagi dengan lima gelas cangkir berisi teh manis hangat dan kudapan.

"Silahkan diminum dulu supaya lebih tenang," tawar Abah mempersilahkan.

Ibnu mengambil secangkir teh manis, lalu menyodorkannya ke Mami dengan lembut.  "Minum dulu ya, Mi. Baru kita bicara."

Setelah dua teguk, Mami menyorongkan cangkir dari mulut dengan tangannya. Ibnu menaruhnya kembali di atas meja. Ia lalu duduk di dekat Mami, bukan tidak membela Elena justru untuk menjadi waspada jika Mami kembali meradang.

"Jadi, apa yang bisa kami bantu untuk mencairkan ketegangan ini?" tanya Abah bijaksana dan begitu tenang.

"Anakku tertipu menikahi perempuan itu. Ia seharusnya meminta kami saja untuk mencarikan istri, kami bisa mendapatkan yang lebih shalihah seperti Safitri dari pada yang dia yang sok berjilbab tapi kelakuannya mesum!"

"Astagfirullah, Ibu. Jangan pernah membanding-bandingkan seseorang. Kita tidak bisa mengukur iman seseorang, hanya Allah saja yang bisa. Bisa jadi Elena yang kalian pandang hina ini lebih mulia daripada anak kami." ujar Ummi Izza lembut.

"Bagaimana bisa lebih mulia? Perempuan itu berselingkuh sampai mempunyai anak, dia harus dirajam sampai mati!" suara Mami terdengar melengking tinggi sambil menudingkan jari ke arah Elena.

Abah menghela napas panjang. "Benar sekali perempuan yang berzina apabila ia belum menikah dijatuhi hukum cambuk, yang sudah menikah dijatuhi hukum rajam sampai mati. Tapi, ada tapinya Bu. Kita tidak bisa serta-merta melaksanakan hukuman itu jika belum memenuhi syarat-syaratnya. Diantaranya wilayah hukum resmi, adanya mahkamah syariah, terpenuhinya syarat pelaku zina sampai dengan adanya empat orang saksi. Di sini kan belum diberlakukan hukum syariat Islam, jadi kita tidak bisa semena-mena menyeret seseorang untuk dihukum cambuk apalagi rajam sampai mati."

"Tidak bisa, orang yang berzina itu tidak akan diampuni dosanya, terkecuali orang tersebut harus dirajam sampai mati! Dan tidak akan bisa diampuni oleh tebusan kebaikan apapun. Karena hukuman orang yang berzina itu dalam islam, tidak ada cara lain, yaitu harus dirajam sampai mati!" Papi tiba-tiba menimpali penuh emosi.

Elena gemetar mendengar kata mati disebut berkali-kali. 'Ya Rabbi, ya Rabbi ... Laillaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin ...' lirihnya dengan kepasrahan yang sempurna.

"Tidak begitu juga, Pak. Karena sekalipun ia bersedia dihukum rajam tapi prosesnya belum tentu bisa dilaksanakan karena belum memenuhi syarat-syarat itu tadi.

Urusan ampunan itu mutlak urusan Allah, Pak. Kita hanya berkewajiban untuk bertobat dari segala maksiat. Itulah kenapa pertobatan kita harus disertai rasa cemas dan harap. Cemas karena kita tidak tahu apakah Allah menerima tobat kita. Harap karena kita hanya bisa berusaha maksimal untuk kembali kepada ketaatan pada Allah. Dengan sepenuhnya yakin bahwa Allah Maha Penerima Taubat."

Suasana hening yang terdengar hanya isak Elena sesekali diselingi istighfar lirih.

"Sudahlah, Mi, Pi. Siapalah kita ini berani menghakimi dosa orang lain. Belum tentu kita ini lebih baik, hanya karena dosa kita tak sama.
Baca Juga
ELENA [Part 23] - Tamat
ELENA [Part 22]
ELENA [Part 21]
Tahukah jika dosa terkecil riba itu ... yang Mami dan Papi masih bergelimang di dalamnya adalah seperti menzinahi ibu kandung sendiri. Dan satu-satunya dosa dengan ancaman diperangi langsung oleh Allah dan Rasul-Nya. Kira-kira berapa sih kemungkinan menang melawan Allah? NOL. Masih kurang ngeri apalagi?

Bukan, aku bukan bermaksud mengukur dosa Mami dan Papi. Aku cuma mau kita sama-sama menyadari bahwa kita semua ini berlumuran dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang mau bertobat. Jadi kenapa kita tidak sama-sama hijrah saja, sama-sama menjadi hamba Allah yang lebih baik."

Mami dan Papi salah tingkah antara malu dan merasa bersalah. Tapi dalam hati kecil mereka bangga, sosok Ibnu muda yang dulu dilabeli jagoan hobi pesta dan petualang wanita itu kini berubah menjadi sosok lelaki dewasa yang lembut penuh kearifan sejak belajar mendalami agama.

"Ayo Pi, kita pulang!" Mami berdiri, diikuti suaminya. Tanpa pamit dan salam, mereka langsung berjalan keluar rumah.

Ibnu menoleh ke arah Abah dan Ummi yang mengangguk tersenyum memaklumi, lalu ia ikut keluar mengantarkan orangtuanya ke mobil.

Ibnu kembali masuk ke dalam rumah, ia tidak menemukan Elena. Ummi Izza memberi tahu dari isyarat matanya bahwa Elena masuk ke dalam kamar.

Elena meringkuk di tempat tidur memandangi Al. Ia tidak menyangka betapa dahsyat harga yang harus dibayar atas kesalahan di masa lalunya.

Ibnu duduk di pinggir tempat tidur menyentuh bahu Elena lembut. Elena bergeming.

"Maafkan ... maafkan mereka semua, Elena. Maafkan Mama Papa, Mami Papi, maafkan aku juga ...

Aku mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu tetap harus dilalui agar langkah kita menjadi lebih ringan.

Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan dengan memaafkan diri sendiri.

Maka, berdamailah dengan hatimu terlebih dahulu ..."

Elena terisak, Ibnu memeluknya hangat diciumnya pipi Elena yang basah.

"Bersabarlah, Elena ... hingga kelak surga menyampaikan salam 'Assalamualaykum bimaa shobartum.'

Tangis Elena menghebat.

※※※

Elena, Ibnu, Maryam dan Al kembali ke rumah. Mencoba beraktifitas seperti sediakala. Tapi tentu saja semua tidak lagi sama. Selalu ada bekas dari setiap luka.

Malam itu di kamar, Elena memeluk Ibnu dari belakang. Ia merayu Ibnu hingga akhirnya suaminya tergoda. Entah sudah berapa purnama mereka tidak memadu cinta. Tapi belumlah lama, Ibnu tiba-tiba menghentikan aksinya.

"Maafkan aku, Elena ... aku belum bisa," lelaki itu menutupi tubuh Elena dengan selimut dan beranjak ke kamar mandi. Terdengar suara air dari gemericik shower yang dibuka.

Ibnu meremas rambutnya yang kuyup dalam guyuran air dingin shower pun begitu hatinya tetap terasa panas. Napasnya naik turun dengan cepat antara gairah yang tidak terselesaikan dan amarah yang tertahankan. Entah sudah tidak terhitung berapa kali ia mencoba menyentuh Elena, tapi tak pernah berhasil menuntaskannya. Hatinya dipenuhi bayangan bagaimana lelaki lain menjamah istrinya. Ia marah dan tak kuasa menahan kecemburuannya. Ia berharap Elena mau bersabar memberinya lebih banyak waktu untuk berdamai dengan dirinya sendiri.

Elena merapikan baju tidurnya, beranjak ke dapur dan kembali ke dalam kamar dengan segelas teh manis hangat. Berusaha bersabar, bagaimanapun ia masih punya hasrat namun tak ingin memaksakannya.

Sejak itu Ibnu semakin giat bekerja, kentara sekali ia menyibukkan diri lebih dari biasanya. Seringkali ia menghindar jika mereka sedang berduaan dan Elena mengarahkannya ke tempat tidur.

Ibnu terlalu malu untuk menceritakan masalahnya, ia pun tak tahu harus bertanya kepada siapa. Elena pun sungkan membahasnya.

Akhirnya keduanya mulai merasakan kegersangan dalam rumah tangga. Elena mulai enggan untuk merayu lebih dulu, karena jika ditolak ia merasa malu. Ibnu pun sudah berusaha memperbaiki namun kecemburuannya terlampau besar dan ia gagal lagi. Mungkinkah ia sebenarnya belum bisa memaafkan?

Keduanya mencoba tetap saling bertahan namun entah sampai kapan.

🍁🍁🍁  Bersambung  🍁🍁🍁

Kesimpulan Novel Elena Part 15

Bagaimana part 15 nya, saya yakin Novel Elena ini akan membawamu ke dalam imajinasi untuk berusaha menebak lanjutan kisahnya bukan? Jangan khawatir kami punya bagian part berikutnya. Silahkan klik navigasi di bawah ini untuk pindah ke part berikutnya.

Bookmark link ini "https://linktr.ee/novel.elena" untuk baca nanti


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url